Pesona dan Keunikan Istana Dalam Loka
Dibangun
pada tahun 1885 pada masa Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III. Pada waktu itu
Istana Dalam Loka berfungsi sebagai pusat pemerintahan sekaligus kediaman
sultan. Fungsinya berubah setelah sultan pindah ke Istana Bala Puti pada tahun
1934. Dalam Loka menjadi bukti kuat sejarah eksistensi kesultanan Sumbawa yang
memegang teguh nilai religi islam. Arsitektur istana ini dibangun dari kayu
jati yang dirancang sedemikian rupa, begitu detail dan sangat unik, mengandung
nilai filosofis Adat Barenti Ko Syara’, Syara’ Barenti Ko Kitabbullah.
Ornamen dan bagian-bagiannya merepresentasikan simbol ajaran islam. 99 tiang
bangunan mewakili simbol Asmaul Husna. Istana yang berada di pusat kota
Sumbawa Besar ini, kini menjadi ikon dan budaya serta tempat penyelenggaraan
event budaya dan pariwisata selain tentunya sebagai tujuan utama wisatawan
yang datang ke Sumbawa.
Berdiri kokoh di tengah Kota Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Istana Dalam loka merupakan saksi sejarah yang memperlihatkan kejayaan Kesultanan Sumbawa pada zamannya. Berbentuk rumah panggung dengan luas bangunan 904 M2, Istana Dalam Loka terlihat sangat megah. Istana yang dibangun dengan bahan kayu ini memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah”, yang berarti semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan tau Samawa (masyarakat Sumbawa) harus berdasarkan pada syariat Islam.
Menurut orang yang menjaga tempat tersebut, kayu zati pada zaman dahulu dikeringkan dengan prosess alami yang membuatnya jadi kokoh dan kuat walaupun dimakan usia. Ada 17 anak tangga di Istana Dalam Loka, sama seperti jumlah rakaat shalat lima waktu. Tategasa adalah tangga naik yang mengambil konsep pendakian, ini adalah salah satu simbol bahwa setiap orang yang nai ke Istana selalu membungkukan badannya sebagai tanda penghormatan pada Sultan dan setiap pengunjung yang datang dan ingin masuk ke dalam istana harus melepaskan alas kaki sebelum menginjakkan kaki ke dalam istana.
Komentar
Posting Komentar